Kamis, 16 Mei 2013

The Story Bagian 2



Teman Dekat 

“dillaaaaaa….” Geramku dalam hati, rasanya ingin sekali aku mencekiknya saat ini. Andai saja dia sekarang ada di depanku akan aku pukul dia hingga babak belur, atau mungkin akan aku cekik dia sampai mati atau bahkan aku cakar-cakar dulu dia sampai berdarah-darah lalu baru aku cekik sampai mati. Hah. Jahat sekali rupanya pikiranku.
Lagi-lagi mentionnya masuk ke twitku. Entah sejak kapan aku dan dilla sudah seperti anjing dan kucing dalam timeline. Apalagi dengan nama panggilan yang aku berikan sama dia “dilla” ya itu panggilan yang sebenernya hanya pantas untuk seorang perempuan bukan untuk seorang laki-laki seperti teman kuliahku yang satu ini. Aku mengambil nama itu dari nama tengahnya Andrean Abdillah.
Hahaha… rasanya puas aku kalau sudah memanggilannya “dilla” dalam timeline atau depan orang-orang banyak terutama anak-anak kampus kami. Itu berarti secara tidak langsung aku sudah mengejeknya dengan menyebutnya seorang wanita. Tapi rupanya dia tak mau kalah denganku. Alhasil dia menemukan panggilan baru untukku “sofyan” nama yang gak masuk akal menurutku. Setelah aku fikir-fikir sampai keningku berkerut-kerut karena banyak mikir akhirnya aku menemukan asal mula nama itu. Dewi Anggraeni Sofyanita Iskandar. Kemungkinan dia memanggilku dari asal mula namaku “Sofyanita” lalu dia hanya mengambil “Sofyan” hahaha.. lucu juga tapi aku sungguh tidak suka dengan panggilan itu. Karena seperti panggilan untuk seorang laki-laki yang agak-agak kecewean.
***
“hello sofyan” dilla melambaikan tangannya padaku sambil nyengir kuda ketika aku keluar dari pintu kampus menuju halaman parkir dan melangkah menuju kantin dekat parkiran mobil dan motor-motor. Aku lihat andrean-dilla sedang ramai berkumpul di kantin dengan anak-anak. Duduk-duduk sambil bercengkrama lalu diiringi gelak tawa anak-anak. Mereka tak asing bagiku karena semua yang sedang berkumpul adalah temanku semua termasuk cowok satu itu (dilla). Kami semua cukup akrab meskipun hanya bisa ketemu seminggu dua kali di kampus-dikelas yaitu setiap hari sabtu-minggu karena kelas kami adalah kelas P2K dan semua mahasiswanya adalah seorang karyawan perusahaan swasta.
“apa kabar sofyaaaan” pelawa dilla padaku sembari melempar senyum padaku. Daaaaan semua mata memandangku dengan muka penuh tanda tanya. Tentunya tanda tanya dengan namaku “sofyan”. Pastilah. Namaku “dewi” bukan “sofyan” tapi kenapa si andrean-dilla memanggilku sofyan, pasti mereka bertanya-tanya. Fikirku.
“baik dilla. Lo?” akupun menjawabnya dengan lantang tak mau kalah dengannya dengan nama yang sudah aku berikan ke si andrean.
“baik doooong” jelas jawabnya.
“kok manggilnya sofyan sih ian? Ini lagi si dewi manggil lo dilla” tiba-tiba salah satu teman kami bersuara menanyakan hal yang mungkin agak aneh dari kami berdua.
“hahaha… gak apa-apa, ada deeehh” andrean menjawab dengan tawa yang menggelegar ke seluruh sudut kantin. Tapi aku hanya tersenyum biasa menanggapi pertanyaan uli temanku itu.
Langit sudah mulai gelap, warna langit sudah mulai memudar yang tadinya berwarna biru tua menjadi seperti warna abu-abu yang menandakan waktunya pergantian siang ke sore lalu ke malam. Lampu-lampu di halaman kampus dan halaman parkirpun sudah menyala. Rupanya kami sudah cukup lama berkumpul dan bercengkraman seusai kelasnya pak Benjo tadi sekitar pukul 15.00 wib Dosen Management Marketing yang mengajarkan tentang Marketing Mix yang terdiri dari 4P yaitu Price, Place, Promotin, Product yang sekarang sudah di kembangkan lagi menjadi Mega Marketing yaitu 6P yang keduanya Power Marketing dan Public Relationship dan kemudian dikembangkan lagi untuk produk jasa dengan tambah 3P yaitu Personal Konsumen, Psikal, dan Proses. Jadi marketing untuk Produk Barang menjadi 6P (4P+2P) dan marketing untuk produk jasa menjadi 9P (4P+2P+3P). Semua yang aku pelajari di tempat kuliah sangat membatuku dalam pekerjaanku sebagai seorang Administrator Marketing di salah satu perusahaan swasta di Jakarta meskipun konsentrasi yang aku ambil bukan Management Marketing melainkan Management keuangan tapi itu sangat membantu dalam pekerjaanku.
Satu persatu temanku berpamitan untuk pulang karena hari mulai gelap. Aku masih saja duduk mematung dengan sekitar tiga atau empat temankku Rian, Uli, Mamet dan Andrean-Dilla. Bapak kantinpun rupanya sudah mulai bebenah kantinnya.
“wi, pulang yuk” seketika suara uli membuyarkan lamunanku.
“eh. Udah mau pulang yak li? Bareng cungkring?” aku langsung merespon ajakan uli. Tanpa aku sadar rupanya aku sudah menyebut “cungkring”. Ya. Itu adalah julukan yang kami aku-uli berikan untuk memanggil Edi teman kami yang sepengetahuanku hari ini aku belum melihatnya. Entahlah cowok yang bertubuh kurus dan jangkung itu kemana padahal hari ini ada kelas tapi di kelas tadi aku tidak melihat batang hidungnya. Alhasil uli langsung membulatkan matanya padaku untuk mengingatkanku kalau aku sudah hampir keceplosan ngomong karena uli memintaku untuk merahasiakan kedekatannya dengan Edi. Uli sering bercerita padaku tentang kedekatannya dengan Edi bahkan uli menaruh hati dengan Edi tapi Edi rupanya tidak atau belum tertarik pada uli. Mereka bilang hubungannya hanya sebatas teman tapi kemana-mana mereka hampir berdua setiap kali berangkat ke tempat kuliah maupun pulang kuliah bahkan uli sering bercerita Edi sering mengajaknya untuk pergi jalan, awalnya jalan berdua tapi pas sampai di tempat tujuan ternyata banyak teman-teman kerja Edi, tak sering juga uli manceritakan ketika dia dan Edi bertengkar karena beda pendapat bahkan uli juga bercerita bahwa dia pernah menangis karena kata-kata Edi yang kurang mengena padanya. Dan aku sudah berjanji untuk merahasiakan perasaan uli ke Edi dari public dan terutama pada Edi.
Aku tersenyum sambil memandang uli yang sedang membulatkan matanya ke arahku dengan senyuman memohon maaf atas kesilapan pertanyaanku. “pulanglah duluan li, gue sebentar lagi”.
“beneran nih?’ tanya uli untuk meyakinkan bahwa aku tidak apa-apa untuk ditiggal pulang duluan oleh uli. Aku dan uli memang cukup akrab bahkan sudah seperti sahabat.
“iyaaaaa” jawabku enteng.
“udah ayok pulang aja, mau ngapain lagi disini? Anak-anak udah pada pulang juga lagian udah mau gelap” sambil jari telunjuknya menunjuk ke atas langit uli berusaha menggeretku. Tapi usahanya tak berhasil aku tetap duduk mematung di kursi kantin. Ku lihat Edi berdiri di samping motor besarnya yang di parkir di halaman kampus dekat Pos Security sambil memakai sarung tangan kemudian masker lalu helm.
“baiklaaaah” akhirnya uli menyerah lalu aku dongakkan wajahku untuk cipika-cipiki dengan uli sebelum berlalu.
            “jangan pulang malam-malam” nasehat uli padaku.
“iyaa” aku menjawab sambil melambaikan tangan ke arah uli yang sedang ngacir pergi menuju Edi.
Aku terdiam sesaat, rasanya aku tak ingin pulang kerumah secepat ini. Tapi aku mau kemana lagi. Aku berusaha kompromi dengan diriku sendiri. Rumah membuatku mengingat ilham. Dirinya masih dalam hatiku, masih dalam otakku bahkan setiap waktu aku selalu mengingatnya. Aku merasakan tubuhku mulai melemas pikiranku mulai kacau lagi dan rasanya ingin menangis tapi masih tetap tidak bisa tercekat di tenggorokan. Aku sempat berfikir, kenapa aku tidak bisa menangis dengan apa yang aku rasakan pada ilham saat ini. Apa mungkin ilham memang tidak pantas untuk aku tangisi?... aaarrgh…. Rasanya sesak didadaku.
“sof, kok belum pulang?” tiba-tiba andrean-dilla sudah berdiri di sampingku dengan menenteng botol minuman yang baru saja dia bayar ke bapak kantin. Rasanya aku ingin meloncat dari kursi dudukku.
“eh. Elo dil ngagetin aje”  sambil melemparkan pandangan agak senewen karena sudah mengagetiku.
“hehehee…” lagi-lagi andrean-dilla nyengir kuda menampakkan giginya yang putih dan berbaris rapi membuat terlihat cukup manis juga cowok rese satu ini. Pikirku.
“yuk pulang ian…” ajak rian yang sudah menenteng tas.
“yak” andrean-dila mengiyakan rian lalu mengangkat tangan kanannya untuk tanda salam pada temen dekatnya itu. Rian pun ngacir sendiri ke pelataran parkir menuju mobilnya. Sedangkan andrean-dilla masih ngejogrog di sampingku.
“lo kenapa sof?” sambil melongokkan mukanya ke depan mukaku. Muka kami hampir berdekatan lalu secara reflek aku langsung cepat-cepat menarik mukaku agak jauh dari mukanya.
“gak apa-apa, kenapa?” tanyaku agak jutek.
“muka lo agak suram” dengan rasa tidak bersalah andrean-dilla mengatakan kalimat itu.
“sialan lo, daripada muka lo gak jelas gitu” nadaku tegas membalas kalimatnya.
“hahaha, seriusan deh. Lo lagi ada masalah ya? Sama cowok lo?”
“what?” aku terkejut dengan pertanyaan andrean-dilla. Apa yang dia tahu tentang love life ku. Jelas-jelas aku tidak pernah dekat dengannya apalagi cerita-cerita tentang love life ku. Ngobrol saja di timeline. Ah. Bukan, itu bukan ngobrol melainkan mengejek, bukan, becandaan, hmmm.. becanda sembari mengejek menurutku. Itu lebih tepat karena sudah seperti anjing dan kucing kata salah satu teman kami yang suka nimbrung ketika aku dan andrean-dilla sedang saling memojokkan di timeline. Alhasil aku hanya bisa diam tanpa berkata, kata “what” hanya aku keluarkan dalam hati. Aku hanya mengerutkan kening untuk merespon pertanayaannya itu.
“status lo di twitter galau mulu. Sepertinya habis putus ya?. Sudahlah lupakan jangan dibuat sedih ataupn susah hati. Masih banyak laki-laki lain gak cuma dia” kalimatnya benar-benar sok tahu banget.
“enggak kok I’m fine” jawabku dengan senyum hambar dibibirku.
“kalau mau cerita, cerita aja sama gue sof” tawarnya tapi dia tetep menggunakan nama sofyan untuk memanggilku.
“iya, makasih dil” untuk pertama kalinya aku bisa berkata sedikit akur dengan andrean-dilla. Rupanya dia cukup care juga denganku, bukan denganku tapi dengan teman-temannya juga yang lain, maybe. Pikirku.
“kalian berdua, pulang yuk” tiba-tiba ismet bersuara dari balik lemari es di kantin sambil melangkah menuju kami, yang setahuku dia daritadi asyik menghisap rokoknya di deket dapur bapak kantin.
“ayok” ajakku sembari bangun dari dudukku. Dan mereka mengikutiku.
***
Sebulan berlalu, aku masih saja tidak bisa melupakan ilham. berusaha untuk mengikhlaskan keadaan ini. Bahkan sempat aku berfikir akan melakukan apapun untuk mengembalikan ilham kedalam pelukakku lagi. Apapun itu meski harus melakukan hal-hal diluar kewajaran. Astaghfirullah… untung aku langsung cepat sadar dari pikiranku yang ngaco.
“berdo’alah dewi sama allah, agar hatimu tenang”
“jangan sedih berlarut-larut Cuma gara-gara cowok yang ninggalin elo”
“berdo’a wi…sholat tahajud minta petunjuk agar fikiranmu lebih terarah”
“berdo’a dewi sama allah minta satu permintaan saja agar diberikan yang terbaik buat diri lo wi gak usah yang lain-lain”
Semua teman-temanku tak pernah jengah menasehatiku. Lagi-lagi hatiku keras dan aku juga cukup keras kepala tidak pernah yakin untuk melupakannya. Sepertinya yang hanya bisa keluar dari mulut teman-temanku yang tahu tentang love life ku hanya itu. Akhirnya aku coba mencari teman curhat yang lain dan berharap tidak mendengar nasehat yang serupa lagi.
Tiba-tiba bunyi “bip-bip-bip” keluar dari hapeku, aku langsung meloncat meraih hapeku yang aku letakkan di meja belajarku. Mudah-mudahan ini pesan dari ilham, harapku. Tapi badanku langsung lemas ketika pesan yang masuk tadi rupanya bukan dari seseorang yang aku harapkan. “sofyan” pesan itu, haaahh…rupanya si dilla, berani benar dia kirim pesan padaku, gerutuku. Apalagi lewat SMS. Karena menurutku SMS media yang lebih intent dan lebih pribadi untuk siapa saja yang menghubungiku karena itu sifatnya sangat rahasia bagiku, lain halnya jika kirim pesan lewat jejaring social, facebook, twitter misalnya. Aku selalu tak keberatan.
Mau tidak mau aku harus membalas pesan andrean-dilla, tentunya dengan kalimat akur. Lama-lama tanpa dirasa aku mulai dekat dengannya bahkan aku sudah berani sharekan love life ku ke cowok yang menyebalkan itu. Karena dia sering sekali membujukku untuk bercerita tentang keadaanku yang menurutnya sedang sedih. Alright. Perkiraannya tak melesat sedikitpun aku memang sedang berduka karena hubunganku kandas seperti yang tak ku harapkan. Tapi tentunya kami masih sama, masih suka saling memojokkan dengan kalimat-kalimat seperti anjing dan kucing.
Rupanya andrean-dilla cukup tahu tentang wanita karena dia ternyata seorang playboy, dan playboy rupanya bisa sakit hati juga. Hahay. Selama kami berteman dan menjadi jarang pojok-pojokan dengan kalimat-kalimat yang kurang mengena aku cukup merasa terhibur dengannya yang bisa sekali bertingkah lucu bahkan Andrean-Dilla pandai sekali melawak. Dia merupakan salah satu tim-openmix jadi tak heran dia bisa bicara melucu di depan umum bahkan di depanku.
***
Disetiap sela-sela waktunya Andrean-Dilla menjadi tak pernah absen menanyai kabarku. Untuk memastikan aku baik-baik saja. Bahkan setiap kelas bubar Andrean-Dilla selalu menungguku di kantin bawah. Dia juga menjadi sangat lembut sikapnya padaku di depan teman-teman lain.
“apa kabar sof? Kangen gue sama lo” sambil meraih tanganku dengan lembut dan mengelus-elus tanganku. Aku diam sejenak untuk menelaah kalimat Andrean-Dilla yang baru saja dia katakan padaku di depan teman-teman lainnya. Aku takut teman-teman yang lain beranggapan bahwa aku dan Andrean-Dilla pacaran. Kemudian aku menjawab dengan nada seperti biasanya karena takut mereka beranggapan yang bukan-bukan karena yang saya tahu andrean-dilla sudah mempunyai seorang pacar, apalagi dalam kampus juga ada teman kami yang pernah menjadi korban selingkuhannya.
“baik dil” sembari aku melepaskan perlahan-lahan tanganku dari genggaman tangannya yang membuatku menjadi tidak nyaman yang dirasa sangat lembut, seperti sentuhan seorang laki-laki kepada kekasihnya. Lalu aku langsung nimbrung ke gerombolan. Untuk pulang kuliah sekarang aku sering sekali diantar oleh andrean-dilla.
Mungkin dalam pandangan teman-teman aku dan andrean-dilla sepertinya sepasang kekasih tapi sesungguhnya kami hanya sebatas teman yang saling share love life, berpetualang pikiran yang kemudian menjadi topic setiap pembicaraan kami dan tentunya masih sama seperti dulu suka saling memojokkan candaanya jika belum sangat memojokkan masing-masing kami tak akan berhenti. Dan aku sepertinya sudah jarang tak mendengar nasehat teman-temanku tentang perasaanku. Bahkan Andrean-Dilla tak hanya menasehatiku dengan kata-kata religiousnya tapi menyaranku untuk membenahi penampilanku, mempercantik diri agar cowok yang sudah meninggalkanku menyesal telah meninggalkan wanita cantik sepertiku. Itu adalah pandangan untuk seorang play-boy dari seorang Andrean-Dilla. Tapi aku fikir itu bukan jalan keluar yang baik untukku, karena aku bukan tipe wanita yang suka dandan.  


Rabu, 03 Oktober 2012

The Story Bagian 1


"SEPERTI MIMPI”

Galaupun melanda, apa yang sekarang ada difikiranku, akupun gak tahu...yang ku tahu aku sedang mecoba mencari ketenangan dalam fikiranku saat ini, setelah hampir dua minggu hati ku rasanya ingin selalu menangis, keq ngarasa teriris, jiaaahh keq danging aje diiris-iris. tapi sumpeh looo perih banget gak karungan...eehh salah maksud aku gak karuan, hiks...hiks...masih galau nih ceritanya.

Rasanya seperti mimpi itu yang kurasa sekarang... empat bulan masa yang sedang asyik - asyiknya itu dalam berpacaran, tapi dewi fortuna rupanya tak berpihak padaku hiks...kasian banget sih gwe..."wolles" *smile :).
Tiba -tiba seminggu setelah hari ulang tahunku yang ke 23, dia menghilang, aku kirim pesanpun lama sekali dia membalasnya, "gak tahu apa schaatje, aku kangen banget sama kamu" bisikku dalam hati dengan sedikit murung...ku ulur nafas panjang agar ku bisa lebih sabar menunggu kabar darinya.

"oohh...ilhaaaaammm,,,kau memakai guna-guna apa sampai fikiranku tak mampu berkutik sedikitpun dari ingatanku padamu" diriku membatin sendiri, aku gak bisa konsentrasi dikerjaanku, ada sesuatu yang aneh dari naluri wanitaku tentang dia...tiba-tiba saja tentang wanita itu...iyaaa...wanita yang sudah meninggalkanmu itu, yang sudah menorehkan luka dalam ragamu itu,,,,entah sejak kapan, satu menit yang lalu kah, lima menit yang lalukah atau bahkan satu abad yang lalu kah, wuduh buseet lama bener boo...fikiran itu menyeruak dalam bayang imajinasiku,,,

Rasa takut yang tiba-tiba menyambar ini benar-benar menggangguku dalam berkonsentrasi dikerjaanku, alhasil kerjaku gak maksimal, banyak kesalahan yang ku buat, entah itu aku mengetik DO (delivery order), mengetik SJ (surat jalan) untuk pegiriman barang, nyampain informasi dari ASPS ke atasan dll. Insting ku semakin kuat rasanya ingin cepat-cepat tahu kabarnya untuk memastikan bahwa dia gak apa-apa, terutama hatinya fine ajah dengan ku,,, langsung ku raih handphone ku sepantas mungkin, yang terletak di samping komputer kerjaku, dengan pantas ku ketik massage "goedemorgan[1] schaatje[2]...sudah bangun ke ilhamnya dewi" dengan tambahan icon smile dan kiss dan apa ajalah yang nunjukin kalo aku sayang banget sama dia, klo aku kangen banget sama dia, selesai mengetik langsung aku tekan tombol "send", sudah...fikirku lega tinggal tunggu balasan dari ilham, yang aku yakinin hanya beberapa menit pasti dia balas karena ini sudah pukul 11.00 wib pasti dia sudah bangun, karena ilham selalu tidur pagi hari bisa dibilang seperti laki-laki kelelawar, malam begadang, klo pagi datang dia tiduuurr...maklumlah dia sering dapat giliran jaga malam...eits dia bukan satpam looh...dia jaga web takut-takut ada yang ngobrak abrik sama orang yang gak bertanggung jawab. awalnya aku memaklumi itu tapi lama kelamaan aku kawatir sama kesehatannya....karena kau sangat menyayanginya aku gak mau dia kenapa-napa dengan masalah kesehatannya, mungkin gak sekarang tapi nanti.

"criing" lima menit kemudian pesan masuk langsung ku buka dengan hati lega dan berbunga-bunga, ada bunga mawar, melati, anggrek, kamboja dan lain-lainlah pokoknya semua jenis bunga ada tapi selain bunga bangkai yaak.. "pagi.." balasnya singkat, akupun bingung mau balas apalagi karena yang aku inginkan sudah dapat yaitu kabarnya yang selama 12 jam gak ada karena dari pukul 10.00 pm s/d 11.00 am bagiku cukup lama keq ngrasa satahun hehhehe kata anak jaman sekarang alay banget katanya, secara pukul 10.00 pm aku sudah tidur karena kelelahan dalam perjalanan pulang kerja yang seharusnya cuma membutuhkan waktu 30 menit menjadi 3 jam perjalanan ke rumah karena macet, maklum jakarta, kota yang jika difikir secara logika banyak sekali membawa kerugian yang teramat besar, salah satunya yang signifikan adalah waktu ,sedangkan ada pepatah bilang "time is money" tapi yaasudahlah gak ngurusin itu aku yang penting bisa pulang dan gak nginep di jalan.
"baru bangun schaat[3]..." ku lanjut balas massagenya,
"iya, hoaaaamm..." balasnya, seolah - olah dia masih merasakan kantuk.
"semalam tidur jam berapa?" sambung sms ku,
"gak tau.." balasnya lagi

Aku mencoba untuk tidak membalasnya lagi, berharap dia akan  bertanya seperti biasanya...biasanya ilham sangat perhatian sama aku, dari mulai masalah makan, kegiatan ku sehari - hari, tapi akhir - akhir ini sikapnya agak beda, entah karena aku sering silap karena lupa hubungi dia, klo aku udah sampai rumah atau mau keluar rumah atau apa aku gak tahu, tapi yang jelas aku tidak pernah lupa sama dia.

Tak lama aku merasa jengah, emosiku tak bisa terkontrol, biasa kalau aku marah aku suka mantion  di twitter tapi tanpa menyebut merk maksudnya tanpa menyebut orangnya, "kalau emang menganggapku ada, pastinya kau tidak akan bersikap seperti ini", uuppsss...ternyata ilham membaca mention ku.

"criing" bunyi handphoneku ada sms masuk,
"kamu kenapa" isi smsnya singkat,
"aku gak apa-apa" balasku,
Lima menit kemudian sms masuk lagi "criiiiiing..."
"kamu kenapa sih" sms, seperti bernada kesal dengan mentionku.
"aku gpp, lagi bete ajah"
"bete kenapa?, karena kerjaan atau apa?, tanyanya lagi inginkan alasan yang jelas kenapa aku bete.
"iya" singkatku. padahal dalam benakku, aku bete karena kamu ilham, aku sedang ingin bersama kamu, biasanya kalau aku bilang bete dia selalu ngajak aku keluar untuk jalan setelah jam kerjaku usai, tapi ini tak ada tanda-tandanya sedikitpun.
"kenapa dengan mereka?" tanyanya lagi memastikan kalau aku benar-benar bete karena kerjaan ku.
"biasalah" jawabku seolah-olah merajuk
"baiklah...aku kasih kamu waktu buat sendiri dulu" dari smsnya seolah-olah dia gak mau layan kebeteanku. akupun semakin geram. next aku balas lagi
"kalau orang lagi bete itu biasaya ditemenin, bukannya suruh sendiri" dengan agak sedikit menyampaikan maksudku, agar  aku ditemenin smsan karena aku benar-benar kangen suasana dulu yang bagaimanapun sibuknya selalu bisa buat berbalas sms.
"bukannya aku gak mau temenin kamu, tapi biasanya orang yang sedang bete kalau diajak ngobrol itu gak nyambung, pikiran sama perasaan beda" balasnya memperjelas alasan agar aku menurut.
"terserah apa katamu" balasku, sedikit kecewa dan berusaha menerima.
Tapi karena ilham terlalu sensitif dengan kata-kata melalui tulisan, dia memiliki arti berbeda dari jawabanku yang terakhir itu, dia menganggap aku marah padanya, padahal sedikitpu tidak.
"yasudahlah..."balasnya singkat, akupun tak membalas smsnya lagi karena aku anggap permasalahnnya sudah kelar, tapi gak sampai disitu. lima menit kemudian ilham menelponku.
Lagu christina perry menggema dari handponeku,  sepantas mungkin aku angkat, terdengar suara ilham dengan nada yang datar tapi agak menekan "kamu kenapa siih, kalau bete jangan bawa-bawa orang lain".
"iyaa" dengan nada pelan aku menjawab seperlunya
"yasudah terserah kamu saja"...teett...talian teleponpun putus.

Kini aku hanya terdiam membisu di depan komputer kerjaku, rasanya ingin marah, kecewa, takut, nano-nanolah, aku coba fikirkan kembali apa yang telah aku mention tadi beserta jawaban-jawaban yang aku lempar tadi, rasanya gak ada yang menyakitkan, gak ada pula yang menyinggung tapi yasudahlah...

Biasa aku pulang sampai rumah selalu kasih kabar sama ilham, memberitahukan kalau aku sudah di rumah tapi kali ini aku tak melakukannya, karena masih merasa geram akibat percakapan yang tadi siang. sampai pagi haripun aku tak bertanya kabarnya.

Tapi aku coba untuk meluluhkan amarahku, aku hubungi dia lagi seolah-olah kejadian kemaren tak pernah terjadi, tapi apa yang aku dapat, jawaban yang sangat dingin, sedingin kutub utara yang dihuni oleh orang-orang eskimo yang makannya daging tidur di rumah es cream....oopss...rumah iglo  maksudnya T_T.

Rinduku semakin menyeruak, ingin rasanya bertemu dengannya,,,aku coba kirim pesan lewat sms untuk menyatakan kalau aku kangen banget sama dia, dan berharap dia akan mengajakku untuk bertemu, tapi apa balasan pesannya.

 "boleh minta tolong,,, kasih aku waktu untuk sendiri" jawabnya,
Sungguh jawaban yang tak aku duga,,,,dalam mindaku bertanya-tanya apa yang sedang terjadi padanya, tak biasanya dia seperti ini, ilham yang aku kenal dia seorang yang dewasa, selalu logika, adakalanya gila dikitlah yang penting dia seneng dan dalam batas kewajaran. tapi kali ini naluri wanitaku mengatakan berbeda, tiba-tiba jantungku berdegup tak biasanya seperti orang yang habis lari ketakutan dikejar anjing, yaaa hatiku ada rasa takut, gelisah, dan semua energi positif dalam tubuhku menjadi panas, nafasku tak mampu aku atur se rilex mungkin, terasa berat sekali,,,sosoknya muncul dalam bayang imajinasiku, sosok wanita yang pernah ia ceritakan kepadaku tentang seseorang yang pernah dia cintai dulu, bahkan hampir ilham akan menikahinya tapi wanita itu memutuskan hubungan itu secara sepihak. jika itu yang terjadi padaku mungkin aku sangat tidak bisa menerimanya dan mungkin saja aku hidup tapi seperti mati, itu pernah aku alami 3 tahun yang lalu dengan lelaki yang sangat aku cintai, tapi karena jarak dan asal yang berbeda aku memutuskan untuk memilih pulang ke keluargaku di indonesia, satu hal lagi kenapa aku memilih pulang ke indonesia daripada menyambung kontrak kerjaku di negeri jiran malaysia, karena aku ingin melihat keseriusannya denganku, tapi ternyata dia memintaku untuk melupakannya, berkali-kali aku hubungi untuk memastikan kalau aku bisa menunggunya untuk menjemputku di sini tapi tak satupun panggilan tak dia jawab,,,

Berhari-hari aku murung diri, makan tak enak, tidur tak lena, mandi tak basah, bedakpun tak lekat,,,jiaaahh,,,keq apa ajah lebeeeyyhh...lanjuut...itu sungguh situasi yang sangat membunuhku...ketika ku sekejap termenung tak terasa air mata mengalir dari mataku. seorang ibu selalu tahu apa yang anaknya sedang rasakan, lalu beliaupun mendekat dan memelukku mencoba menenangkan hatiku, tapi hati seorang ibu terlalu lembut seolah-olah hatiku adalah hatinya, kamipun menangis bersama dalam sebuah pelukan, satu kalimat keluar dari mulut seorang ibu "sabar nak..." berusaha untuk menguatkanku, akupun rasa tak sanggup melihat tangisnya yang juga merasakan penderitaan hatiku, dari situ aku sadar aku merasa telah melukai hati ibuku dengan kesedihanku, dan sejak itu pula aku bulatkan tekatku untuk melupakan lelaki itu.

**

"baiklah...aku ngerti kok schaat" balasku, dengan meyakinkan dia kalau aku bisa terima keinginannya sekarang untuk sendiri.
"thanks..." balasnya singkat.

Aku berusaha menenangkan fikiranku untuk berfikir positif tentang ilham, tapi lagi-lagi wanita itu....yaa wanita itu lagi masuk dalam fikiranku...."OOOMG...dia sudah berakhir" desahku, tapi aku tak bisa menafikkan itu...rasanya aku ingin sekali banyak bertanya pada ilham tentang wanita itu, apa masih ada dalam hatinya, apa masih ilham berharap padanya, atau mungkin akan adakah kemungkinan kembali lagi dengan wanita itu, pertanyaan yang sama yang pernah aku tanyakan sebelumnya tapi dia hanya menjawab "aku tak mungkin menghidupkan orang yang sudah mati". dan jika aku pertanyakan lagi tentang hal yang sama sekarang rasanya tidak mungkin.

**
Seminggu tak ada kabarnya, seperti bungkam seribu bahasa,,, aku benar-benar gelisah tak tahu harus bagaimana...kalau aku hubungi ilham terus-terusan pasti dia akan muak padaku, fikirku. seminggu itu benar-benar waktu yang sangat menyiksaku, andai keadaan sudah membaik aku igin menyampaikan satu kalimat padanya "ilhaaaam...jangan lakukan ini lagi padaku" pintaku dalam hati sambil membayangkan laki-laki yang ku cintai ada si depanku sambil memeluknya mesra, memohon agar dia mengerti bahwa aku sungguh mencintainya dan tak ingin dia pergi dariku.

Seminggu itu aku benar-benar merasa sepi, dia yang biasa menemani hari-hariku, kini tak tahu sedang dimana, sedang apa, dan bagaimana, sungguh aku sangat merindukannya.
Tepat pukul 12.00 wib pas jam istirahat kantor, aku coba beranikan diri untuk menghubungi dia berkali-kali tapi tak satupun panggilan teleponku tak dijawabnya. badanku rasanya panas dingin, jantungku berdekup tak beraturan, nafasku terasa panas, fikiranku pun seketika terasa kacau. "segitunyakah dia menghindari aku?, ilham please...hubungi aku" rengekku dalam hati.

"criiing" 15 menit kemudian ada sms masuk, langsung ku baca dengan perasaan yang bercampur aduk.
"bisa tolong berhenti telepon aku terus2n?, aku lagi ada kerjaan...aku bakal telepon klo aku emang siap ngomong...tolong...jangan bikin aku makin gak mau ngomong dengan kamu telepon2 terus..."
Tubuhku gemetar setelah membaca sms itu, seolah-olah aku pengganggu hidupnya, seolah-olah aku orang yang sangat memuakkan dihidupnya,,,,aku coba untuk menenangkan diriku semampu mungkin, tapi benar-benar rasa ini tak bisa aku sanggah sendiri.

Pukul 17.00 wib waktu kerjaku selesai untuk hari ini, sambil bebenah meja kerjaku otak ku terus berputar, memikirkan kerisauan hati ini, hari ini rasanya aku gak ingin pulang ke rumah, kalau aku pulang kerumah pastinya hatiku serasa semakin tertekan karena orang rumah tak ada siapa yang tahu hubunganku dengan ilham dan secara otomatis aku gak bisa bercerita kesiapa-siapa tentang keadaan jiwaku sekarang, terus aku mau pulang kemana?. tanyaku dalam hati. otakku terus berfikir kemana aku harus pergi untuk sementara ini....terus aku berfikir, mengingat-ingat yang sekiranya bisa buat tempat pulangku sementara... yah! akhirnya aku nemu juga, aku punya tante yang tinggal di daerah johar baru jakarta timur, sebelum aku keluar dari kantor aku coba menghubungi tanteku, tante fitri namanya, kami lumayan akrab dulu di kampung, tante fitri juga wanita yang mandiri, baik hati dan selalu bersemangat, selama aku kenal tak pernah sedikitpun ia mengeluh keadaannya meski harus menghidupi anak dan suaminya, karena suaminya bisa dibilang ABG, masih senang-senangnya maen tapi karena pilihan, mbak fitri menjalaninya dengan ringan hati.

Ku buka kontak di hapeku ku dail nama mbak fitri, untuk mencari lebih cepat sepintas muncul langsung aku tekan "call" dari hapeku.
"assalamualaikum"
"walaikumsalam" terdengar suara yang nyaring menjawab salamku dari talian telepon, ya itu suara mbak fitri suara yang agak cempreng yang menandakan kalau dia orang yang ceria.
"mbak...dewi ada perlu niih...boleh dewi maen ke rumah?" pintaku dengan sedikit suara agak tertahan.
"kamu ada masalah apa dew...kesini aja".
"iya mbak, dewi kesana sekarang ya.." sepintas langsung aku matikan telepon, langsung bergegas mencari kendaraan yang kearah johar baru tapi sebelumnya aku harus keterminal senen dulu,,,mencari kendaraan yang ke arah johar baru.

Hiruk pikuknya jakarta di sore hari yang penuh kepadatan kendaraan sampai traffic jam bisa sampai berjam-jam menambah kesedihanku ,selama perjalanan pikiranku tak bisa sedikitpun tak memikirkan ilham,,,aku gak nyangka ilham bisa melakuakan ini padaku, kebersamaan kita selama ini apakah tidak bisa menciptakan sesuatu yang bisa dia banggakan, atau aku wanita yang kurang menyenangkan baginya, sampai dia melakukan ini padaku, tiba-tiba menggantungkan cintaku.

Beberapa jam kemudian sampai juga di johar baru, legaaaa rasanya...langsung aku hempaskan tubuhku di kursi ruang tamu rumah tanteku...tanpa banyak tanya tante fitri langsung mengerti kelelahanku lima menit kemudian tante fitri keluar dari dapur membawakan teh manis hangat untuk ku supaya aku bisa agak rilex sedikit.
"kamu kenapa dew...?"sembari duduk disampingku sambil membelai rambutku yang kusut dan badanku yang sedang sedikit merebah di kursi tamunya.
"ada masalah apa? mukamu itu loohh keliatan sedih sekali" lanjutnya menanyakan keadaanku.
Seketika ingin sekali rasanya aku menangis sepuas-puasnya, tapi aku gak tahu rasanya susah sekali untuk menunjukan tangisanku seperti ada yang menahan untuk tidak menunjukan kesedihanku yang berlebihan. maksud kedatanganku ke rumah tante fitri untuk curhat tentang keadaan hatiku sekarang sepertinya harus aku cancel karena tiba-tiba aku benar-benar tidak bisa berbicara apapun hanya bisa terdiam dengan mata yang aku rasa sedikit membasah tapi tak sampai aku menangis.
"hidup itu jangan terlalu diambil pusing...jalani aja dengan slow" katanya, sesaat seketika aku tidak menjawab pertanyaannya yang pertama.
"kalau ada masalah ceritalah...jangan disimpan sendiri yang ada nanti kamu bisa gila looo..." lanjutnya dengan sedikit menggodaku berharap akan ada respon yang positif dariku yang sedari tadi hanya duduk terdiam.
"aku gak apa-apa mbak" akhirnya aku merespon meski dengan sedikit suara tertahan karena ingin nangis tapi tak bisa nangis.
"aku gak tau tiba-tiba saja aku ngrasa sedih kayak gini" lanjutku, meskipun dia tanteku aku tidak pernah memanggilnya tante, aku lebih suka manggil dia mbak karena udah kayak kakakku sendiri, meskipun aku belum pernah merasakan bagaimana rasanya punya kakak kandung karena aku anak semata wayang dari orang tuaku, tapi menurutku meskipun aku anak satu-satunya dari orang tuaku aku termasuk bukan anak yang manja, aku lebih suka mandiri dari awal aku sekolah SMP sampai kuliah bahkan sekolahpun aku mencari sendiri dimana sekolah yang aku mau dan sekiranya orang tuaku mampu untuk membiayai, tak pernah sekalipun aku didampingi ibuku ataupun ayahku untuk mengantarku mencari sekolah gak seperti teman-temanku yang lain yang biasa aku lihat, selalu saja aku melihat mereka dengan orang tuanya pada saat daftar ulang pertama masuk sekolah entah itu didampingi ibunya atau ayahnya bahkan ada juga yang dua-duanya ikut mendampingi anaknya..."ooooohhh sungguh anak yang sangat merepotkan orang tua" fikirku, akupun tak pernah minta yang muluk-muluk seperti barang mewah, HP, pakaian bagus, sepatu bagus atau semacam lainnya. kalaupun aku ingin beli sesuatu di luar keperluan sekolah sebelumnya aku sisihin dulu uang sakuku untuk aku tabung kalau sudah cukup aku gunakan untuk membelinya.

"baiklah...sekarang kamu mandi, lalu makan kemudian tidur, udah bau, kucel, kumel kayak gini, nampak jelek sekali keponakanku yang satu ini" suruhnya sambil sedikit ngeledek keadaanku,,,dengan berat hati aku melakukan apa yang tanteku suruh...tapi tetep aja aku masih terfikirkan ilham...."oooohhh ilhaaaam, please hubungi aku secepatnya" desahku dalam hati sambil merebahkan tubuhku dikasur...

Jam menunjukan pukul 12.00 tepat tengah malam, namun mataku masih saja tak mau mengantuk padahal besok aku masih harus masuk kerja dan malamnya ada kelas di kampus tapi sekarang sudah aku putuskan untuk besok aku ijin dulu untuk tidak masuk kerja dan tidak ikut kelas dulu untuk sementara waktu, aku ingin menenangkan diriku dulu. Aku mainkan hapeku yang sedari tadi aku pegang, rasanya aku ingin benar-benar contect ilham, ingin menyelesaikan semua masalah yang ada. sepintas aku beranikan diri untuk kirim massage ke dia.
"schaat...kapan kamu akan hubungi aku?"...send...satu sms aku kirim.
rasanya kau belum puas aku ketik massage lagi ke dia,
"sayang...kalau ada masalah ayok kita selesaikan berdua....jujur aku ingin serius sama hubungan kita, kalau ada yang mengganjal katakan sama aku, agar aku tahu dan mungkin aku/ kita bisa perbaikinya, pleasee,,," send massage ke dua aku kirim, masih saja aku belum yakin dai akan meresponnya. Lalu aku mencoba untuk meneleponnya tapi berkali-kali teleponku tak dia jawab, aku benar-benar semakin risau, rasanya tak ada tenaga, tak bersemangat untuk menyambut hari esok, tapi aku berusaha untuk mengatur emosiku, meyakinkan semuanya akan baik-baik saja.
"baiklah kalau kamu masih gak mau angkat teleponku atau mungkin kamu sudah tidur, seenggaknya nanti kamu bisa balas massageku, agar hatiku sedikit tenang,,,please,,,aku mohon dengan penuh harapan, buka sedikit celah hatimu. aku percaya kamu lebih dewasa daripada aku dan kamu lebih tahu bagaimana menjalani hubungan yang baik. Aku serius sama kamu...aku percaya selama ini kamu gak pernah ada niatan mempermainkan aku, kamu pernah bertanya kenapa aku memperlakukan kamu sangat spesial, salah satunya alasan aku karena aku ingin serius, dan kalau boleh jujur kalau kamu marah lebih baik kamu maki-maki aku daripada aku kamu diamin seperti ini, aku yakin kamu punya hati yang lembut, please say to me..." massage terakhirku malam itu, selebihnya aku masuk dalam ruang kosong yang gelap entah apa yang aku pikirkan lagi aku telah terlelap dari tidurku.

**
Pagi datang, rasanya aku tak ingin sekali bangun secepat ini, aku ingin tidur selamanya sampai aku lupa segalanya, tapi itu impossible karena hidup ini kan terus berputar sampai allah menentukannya kapan akan dihentikan. Aku merabah-rabah kasur tempat tidurku berusaha mencari HP ku yang entah tadi malam aku letakkan dimana, serasa ada gundukan keras di punggungku aku pun mencoba merabanya, ternyata hapeku disini, aku tindih sewaktu aku tidur, langsung aku lihat layar HP ku pas jam menunjukan pukul 4.00 a.m "subuh belum lagi" fikirku, aku bangun dalam kerisauan hati yang tak menentu, ilham...ilham...ilham...yang difikiranku hanya dia tak ada yang lain. Secara reflek aku membuka twitter...langsung terpampang di twitterku "next time when you came around, i might not be here anymore" ilham menulis TL di twitter, JLEEBB...jantungku terasa ditusuk, aku tak bisa bernafas, sesak rasanya dadaku, darahku seperti tak mengalir lagi di sela-sela tulangku, udara hangat dalam tubuhku menjadi dingin, nyawaku rasanya langsung kabur dari tubuhku seperti mau nyamperin yang buat TL itu seperti tak sabar menunggu badan yang punya raga ini beranjak langsung saja ditinggal pergi begitu saja. Aku berusaha menguatkan tubuhku, aku atur setenang mungkin fikiranku "ya allah...apa maksud dari TLnya?" tanyaku berusaha berdialog dengan tuhan yang punya hidup. "mungkinkah dia akan pindah dari jakarta? atau dia takkan lagi menemuiku seperti biasanya? meski tetap tinggal di jakarta?" banyak sekali pertanyaan dalam otakku tentang TLnya itu.

Lagi-lagi aku coba beranikan massage dia menanyakan tentang TL yang dia buat semalam, meskipun massageku semalam tak dia balas tapi setidaknya dia sudah tahu perasaanku.
"ilham maksud TL kamu apa? 'next time when you came around, i might not be here anymore' kamu mau ninggalin aku? ilham jangan gantungin aku kayak gini aku mohon"
Setelah aku sms dia langsung aku berusaha nenangin diriku dengan sholat tahajud, aku memohon untuk dikuatkan, diberikan kesabaran dan keikhlasan menghadapi masalah ini. aku berusaha berdialog sebisa mungkin dengan allah yang memberi hidup.
"ya allah...kuatkan aku untuk menghadapi sesuatu di luar kemampuanku, ikhlaskan aku untuk menerima kemungkinan di luar sepengetahuanku" doa ini selalu ku ulang-ulang sampai hatiku terasa tenang.
Setelah beberapa hari aku melaksanakan sholat tahajud setiap malam, hatiku merasa lebih tenang dan serasa lebih siap menghadapi apa yang akan terjadi diwaktu yang akan datang entah itu lima menit kemudian, satu menit kemudian atau bahkan satu second setelah ini.

**

Senyum sudah mampu aku pajang di depan orang-orang sekitarku, seperti memajang foto baru yang sedikit narsis di profil entah itu di fb, twitter, whatsapp, ym, bb atau yang lainlah...

Seperti biasa aku mulai aktifitas pagiku dengan pergi ke kantor, dengan perasaan sedikit ringan dan keikhlasan...sampai kantor langsung aku nyalakan AC, tak lupa pula komputer kerjaku, aku buka email kerjaku, menentukan kalau tak ada masalah selama aku absen kerja.

"criiiiing" bunyi HPku tepat pukul 8.00 am. awal lagi, baru saja jam masuk kerjaku...dengan pantas langsung aku ambil HPku yang aku letakkan sebelah keyboard dengan mata tetap menatap ke layar komputer.
"yang aku bisa bilang, permasalahnnya bukan pada kamu tapi pada diri aku sendiri....maaf aku cuekin kamu beberapa hari terakhir karena aku benar-benar butuh waktu untuk sendiri...dan kalau boleh tanya dan minta ke kamu, bisa gak yah kita jadi teman aja? bukan sebagai pasangan? tolong jawab, nanti aku jelasin kenapa aku begini, yang jelas gak ada sedikitpun niatan aku untuk mempermainkan atau niatan buruk ke kamu" sms yang to the point menurutku dari ilham laki-laki yang sangat aku cintai, but I like it.
Untungnya aku sudah menyiapkan benteng takesi di sekitar hatiku (oalaaa...kayak acara TV aja), jadi aku tidak terlalu kaget dengan kemungkinan yang sudah aku rasa sebelumnya.
"bisa kita bicara secara langsung" balasku,
"silahkan bilang aku gak jantan atau penakut, tapi menurut aku lebih baik gak tatap muka..." balasnya lagi meyakinkan aku kalau dia benar-benar tidak ingin menyampaikan secara langsung. itulah cara laki-laki yang tidak ingin terlihat lemah didepan wanita, bahkan tidak ingin terlihat menangis didepan wanita.
"bukan begitu...aku gak bilang kamu seperti itu" aku berusaha meyakinkannya,bahwa aku tetap berfikir positif tentang dia.
"ya udah penjelasan aku seperti yang aku kirim di awal, gimana? bisa tolong fokus ke topik?" pintanya.
"kasih aku waktu untuk berfikir" balasku, untuk mencari sedikit udara dalam otakku, dan sedikit ruang dalam hatiku.
criiing...smsnyapun masuk lagi,
"sebenarnya kalau aku mau jahat aku bisa saja ngilang tanpa kabar, tapi karena aku menghargai kamu sebagai perempuan...walaupun sakit yang penting aku jujur...itu yang aku fikirkan sedari kemaren gimana caranya untuk  bicara sama kamu agar tak terlalu menyakitkan hati kamu dan dengan diri aku sendiri.."gamblangnya lagi,
"sekali lagi yang bermasalah bukan kamu tapi di aku" lanjutnya.
"apa masalah kamu yang sebenarnya" aku berusaha untuk akur dan tetap bersahabat dengan keadaan ini. banyak khikmah dibalik persaanku kemaren, aku jadi rajin sholat tahajud, dan tentunya aku bisa menghadapi masalah dengan tenang seperti sekarang ini.
"aku ternyata masih belum siap untuk jalin hubungan lagi...sakit hati dan kekecewaan hasil hubungan yang lalu masih ngebekas di diri aku" jelasnya. kalimat "masih ngebekas di diri aku" membuat aku paham kenapa dia bersikap seperti ini, membuat aku merasa empati tentang apa yang ia rasakan selama ini.
"sebelumnya aku sudah merasakan hal itu ham..." balasku. memberitahukan bahwa aku sudah punya insting seperti yang ilham jelaskan.
"aku boleh tau semuanya?" dengan rasa kecewa yang bersembunyi dihatiku dan rasa ingin tahuku tentang sejauh mana keadaan hati ilham sekarang ini, akupun mengirim sms lagi sebelum ia balas sms ku yang sesudahnya.
"maksudnya" balasnya seperti tak tahu maksud aku.
"maksudnya, aku boleh tanya sesuka aku, sampai aku tahu semuanya?" jelasku.
"tetap ada batas, kalau bisa dan masih dibatas toleransiku masih mugkin aku jawab, kalau bukan wilayah kamu  gak akan aku jawab dan kamu harus ngerti dan gak punya hak untuk maksa" tegasnya, mengingatkan aku tentang tata krama bertanya, dan ke logisannya. tapi itulah dia yang setiap orang tidak boleh tahu tentang dirinya.
aku sedikit tak menghiraukan smsnya itu, tapi aku tahu maksudnya. langsung aku luncurkan pertanyaan ke dia.
"kamu masih sayang sama mantan kamu?, terus apa yang sebenarnya kamu rasakan sama aku?" dengan hati yang sebenarnya remuk namun aku masih tetap bisa bertahan.
"jujur, aku masih sayang sama mantan aku...karena kamu tahu sendiri usia pacaran aku yang lalu, dan kalau ke kamu, jujur aku belum terlalu mencintaimu masih sekedar sayang...mau aku tipu bagaimanapun juga hati aku masih belum bisa terima..."  gamblangnya....

Aku paham perasaannya...aku juga tahu usia pacaran dia dengan mantannya yang lalu cukup lama, 8 tahun usia yang menurutku cukup matang untuk menuju kearah yang sangat serius, apalagi waktu yang cukup lama itu tentunya meninggalkan kenangan yang mungkin cukup lama juga untuk dilupakan, banyak hal-hal seru yang mereka lalu dan banyak juga hal-hal sulit yang mereka alami bersama, termasuk menyelesaikan masalah  hubungan mereka yang bisa bertahan selama itu. dan jika aku fikir mungkin aku takkan bisa bertahan selama itu.

"aku ini gak marah ya ilham, karena aku tahu kamu sangat sensitif dengan yang namanya tulisan" sejurus aku luncurkan sms ku lagi, kali ini aku akurkan kalimat di smsku, karena aku sangat tahu ilham salah satu laki-laki yang sensitif dengan kalimat di sms, kalau salah persepsi tentunya akan salah arti juga.
"aku rasa itu berlaku untuk kita berdua" jawabnya serasa tak mau dipojokkan, ya...dia ilham yang aku kenal yang tak mau dikalahkan anggapannya olehku tentang semua hal. its ok fine untuk aku. :)
"iya thank you udah ngasih penjelasan" sambungnya lagi.

"kamu masih sayang BANGET ke mantan kamu?" sambungku, melanjutkan pertanyanku sebelumnya.
"gak yang BANGET seperti yang kamu fikir,,,aku  rasa kamu seorang cewek harusnya lebih ngerti soal perasaan, gak gampang ngilangin perasaan kayak gitu setelah tahunan berhubungan.." jawabnya, membalikkan pertanyaanku.
"iyaa aku tahu, aku fikir kamu benci sama aku, banyak yang ada difikiran aku selama kamu diemin aku" balasku,,,mencoba tetap akur dengan keadaan sekarang.

"gak kok, aku lagi nyari jawaban ke diri aku sendiri dan hasilnya yang tadi aku bilang dan tanya ke kamu..."balasnya.

Memang terkadang sulit menerima kejujuran yang tak sesuai dengan apa yang kita harapkan, tapi inilah kenyataannya aku coba untuk lapangkan dada ini dengan menyebut asmaNya. "sungguh ilham aku sangat mencintaimu, aku butuh kamu dalam hidupku, aku ingin menemani suka dukamu" akupun berdialog sendiri, tanpa sadar aku mengacuhkan sms ilham selama hampir 10 menit, langsung ku sadarkan diriku dari dialogku sendiri lalu segera kirim sms balik ke dia.
"apa kita masih bisa jadi teman dekat?" tanpa fikir panjang aku sampaikan keinginanku lewat sms.
"justru itu keputusan terbaik yang keluar dari pemikiran aku buat kita berdua"
"apa kita masih bisa sharing kayak dulu?"...
"sangat bisa..."
"apa kita masih bisa jalan bareng kalau masing - masing lagi jenuh untuk nglepas rasa suntuk disaat tertentu?" sekilas berbagai pertanyaan meluncur begitu saja seperti air terjun tanpa berfikir panjang, mungkin karena aku benar - benar tidak ingin jauh dengan ilham.
"bisa saja tapi mesti kamu sadari gak akan bisa sesering kemaren..." balasnya mengingatkan posisi aku dan dia.
"iya aku paham, apa masih boleh aku sapa kamu setiap pagi seperti kemaren?..."pertanyaan yang meluncur begitu saja dari pikiranku, yang tanpa banyak fikir...
" boleh tapi gak perlu sering - sering... inget posisi kita masing - masing... :)" balasnya mengingatkan posisi antara kita berdua sekarang ini.

Tanpa aku balas lagi, aku paham dengan maksudnya,,,,kita tak akan seperti dulu lagi. aku berusaha berfikir panjang,,,dia tak pergi sepenuhnya dari hidupku toh dia masih bersedia menjadi teman dekat meskipun tak sedekat dulu. 

**
Ada yang bilang "cinta itu tak harus memiliki" ada juga yang ngotot "cinta itu harus memiliki" mana yang benar aku gak tahu, dan semuanya menurutku kembali pada diri kita masing-masing...bagaimana untuk menyesuaikan keadaan cinta itu...

Cukup sulit untuk ku menjalaninya tapi aku fikir lebih cukup sulit lagi baginya, aku berusaha mencari tawa disekitarku, mencari keteduhan dikehangatan mereka, yaa mereka adalah kawan-kawanku, sahabat-sahabatku, saudara-saudaraku, dan keluargaku terutama seorang ibu dan sungguh luar biasa aku memperoleh sesuatu yang lebih,,,mereka seraya datang dengan lengan membuka lebar seolah akan memeluk mesra memberi kehangatan kepada jiwaku yang kurasa sangat rapuh setelah impianku dengan orang yang ku cintai berakhir. cinta memang bisa menghidupkan jiwa namun begitu tajam seketika mampu mematikan jiwa tanpa merobek raga.

Kehadiranmu bagai mimpi terindah yang mungkin tak dapat ku lupakan,meski hanya sebentar namun memberikan banyak hal indah yang aku alami bersamamu dan tak pernah ku alami bersama yang lain.




 









[1] Goedemorgan : selamat pagi (bahasa belanda)
[2] Schaatje : sayang untuk orang yang tersayang (bahasa belanda)
[3] Schaat : sayang (bahasa belanda)